Kamis, 29 Desember 2011
Making Punk A Threat Again ( By. Ucok Homicide/Triger Mortis )
Sebelum saya berpanjang-panjang menulis posting tak penting ini, saya nyatakan dulu satu hal yang pasti: saya seperti kawan-kawan kebanyakan, tak sepakat dengan fenomena razia, pemukulan, penggundulan dan bentuk pelecehan lainnya yang dilakukan oleh polisi syariah di Aceh. Tak ada manusia yang layak diperlakukan demikian hanya karena stigma yang datang dari penampakan dan perilaku yang tidak sesuai -konon- dengan adat/norma setempat.
Tapi ada beberapa catatan yang baiknya saya mulai dengan yang pertama; kasus ini tidak sesederhana yang media gembar-gemborkan. Ada kompleksitas tersendiri dimana sulit dipahami oleh awam yang tidak sempat berada di dalam scene punk dimanapun. Tidak juga oleh Propagandhi atau Rancid yang memberikan pernyataan mereka. Indikator sederhananya sebut saja satu; Tidak adanya aksi solidaritas di tataran Aceh juga menimbulkan pertanyaan. Banyak faktor memang, kondisi yang tak memungkinkan misalnya. Namun dari perbincangan dengan beberapa kawan, nampaknya faktor keterasingan komunikasi dan ketidakkesepakatan atas aksi-aksi kultural komunitas lah yang menjadi penyebab.
Saya yakin, terdapat banyak kawan-kawan Punk di Aceh sana sejak rejim Suharto berakhir, bahkan saya yakin scene di Aceh sudah mulai ada dan luar biasa aktif di penghujung 90-an dan awal 2000-an. Tidak hanya karena keadaan tidak mengizinkan lalu mereka tidak melakukan sesuatu, apalagi hanya sekedar aksi solidaritas. Jika dahulu tidak pernah ada masalah dengan masyarakat lalu mengapa tidak juga sekarang? Oke, faktor polisi syariah, tapi saya yakin bukan hanya itu. Pasti ada sesuatu. Paling tidak saya bisa berkaca pada keadaan di kota kami sendiri dimana ‘Punk’ bukan lagi sesuatu yang harus dibela sebagai identitas, namun lebih sebagai semangat. Banyak kawan-kawan yang tidak mengidentikkan lagi ‘punk’ sebagai identitas sejak penampakan itu dipakai dengan sesuatu yang tidak kami sepakati, mulai dari mohawk yang menjadi trend fashion yang ngga banget (band-nya Ahmad Dhani misalnya) hingga wujud ‘punk’ yang berkeliaran disudut kota sebagai pengamen (sejak kapan punk meminta belas kasihan?) dan memalak orang, apatis terhadap pergulatan komunitas sekitarnya, termasuk menjadi fasis geng yang sungguh sama sekali tidak ‘punk’. Saya tidak bilang kondisi di sana serupa, namun yang pasti ada jarak pada pemaknaan aktivitas diantara kawan-kawan yang aktif dengan makna ‘punk’ satu dan makna ‘punk’ lainnya.
Catatan lainnya cukup mengagetkan sebenarnya, mengingat ini terjadi pada komunitas yang mengidentifikasikan diri dengan kata dan makna ‘PUNK’. Catatan yang agaknya perlu sama-sama kita renungkan mengingat menjadi ‘punk’ adalah sebuah pilihan yang bukan tanpa resiko apapun makna yang kalian tempelkan disitu. Dimana pilihan itu sudah seharusnya datang dengan konsekuensi yang sudah diperkirakan, dimana -layaknya sebuah pilihan- harus dipertahankan oleh mereka-mereka yang yakin dengan pilihannya. Sehingga menjadi cengeng saat konsekuensi itu datang sangatlah aneh.
Lepas dari beberapa catatan usai berkomunikasi dengan beberapa kawan di Aceh sana perihal fenomena ini, ada sesuatu yang agak absurd. Lagi-lagi dengan catatan; ini terjadi dengan mereka yang mengaku ‘punk’, bukan sebuah ke-profesian khusus lain (misalnya tukang baso) yang tidak ada makna-makna pembangkangan khusus melekat didirinya.
Pertama; Saya tak melihat adanya perlawanan signifikan dari mereka yang di-razia plus plus itu kemarin. Pada sebuah potret mereka digunduli, dimasukan ke kolam dengan nerimo. Cukup aneh sebagai penerimaan atas nasib, bukankah kawan-kawan sudah seharusnya melawan jika memang itu semua adalah pilihan hidup yang kalian pilih, bukankah kawan-kawan sepakat bahwa hidup kalian adalah milik kalian yang tak ada seorangpun bisa mendiktenya kecuali tentunya kawan menjadi punk hanya pilihan dilematis dari sedikitnya pilihan menjadi diri sendiri. Mungkin saya salah, mungkin kawan-kawan disana melawan seadanya, namun saya melihat kawan-kawan masih sehat walafiat, masih bisa berdiri dan, ajaibnya, rela masuk kamp rehabilitasi. Jika konon menjadi diri sendiri itu sama pentingnya dengan mempertahankan isi perut, mengapa untuk sekedar kebebasan berekspresi yang melekat pada tubuh kawan-kawan disana tidak bisa mencontoh mereka yang berjuang hidup mati untuk isi perut mereka. Dari Kebumen hingga Mesuji bertebaran tauladan bagaimana mempertahankan sesuatu yang berarti penting bagi hidup kita. Kecuali memang arti itu tak sepenting yang kita perkirakan.
Catatan terakhir; soal respon ‘punk’ yang sungguh pula aneh untuk ukuran scene yang besar dengan tradisi melawan otoritas. Melakukan aksi solidaritas itu penting. Berguna untuk menunjukkan eksistensi dan simpati lintas komunitas dan mengirim sinyal kepada mereka yang ditahan bahwa mereka tidak sendirian. Namun melakukan aksi yang mirip aksi-aksi usang ala mahasiswa, dengan mendatangi kantor kepolisian atau simbol-simbol kekuasaan, lengkap dengan statement seolah mereka adalah institusi yang layak diakui adalah sesuatu yang absurd. Jika letak pentingnya aksi solidaritas hanya untuk mengakui betapa pentingnya mereka sehingga harus kita datangi sekalipun untuk kita protes, maka sama artinya kita mengakui bahwa eksistensi kita berada ditangan mereka dan kita memelas meminta mereka untuk tidak berlaku tidak adil pada kita. Secara tidak langsung menunjukkan pada khalayak seolah perubahan akan terjadi jika kita memintanya pada otoritas. Sesuatu yang sama-sama kita sepakati sejak lama; tak akan pernah terjadi.
Bukankah selalu ada alternatif lain selain mendatangi otoritas dan meminta mereka berhenti melakukan pelanggaran? dan siapa pula target (aksi) komunikasi kita? apakah otoritas? atau masyarakat lain yang sebenarnya lebih layak kita ajak dialog perihal eksistensi kita (jika memang inti aksi ini melempar wacana soal perbedaan).
Yang paling menggelikan adalah aksi seminggu kemarin yang terjadi di Bandung, dimana sekelompok ‘anak punk’ (ow em ji!!!, i hate that fukkin term!!!) mendatangi Polresta dengan statement-statement yang oxymoron. Mulai dari penamaan elemen aksi mereka; Masyarakat Punk Bandung (oh dewa marmot, ampuni kami!!) hingga pernyataan kepada kepolisian seolah punk memelas untuk dimengerti; “Kami hanya pakaian dan rambut yang dinilai urakan. Hati dan perilaku tetap santun dan soleh.” , cmon dude, do you really have to say that to fukkin cops???
Meminta masyarakat Bandung tidak terlalu apriori terhadap komunitas ‘punk’ pun sama oxymoron-nya. Karena penerimaan tidak terletak pada kata-kata, namun pada pembuktian dari hari ke hari dimana komunitas terlibat dalam pergulatan masyarakat dalam membangun pilar-pilar kehidupan bersama. Berkoar-koar berteriak didepan masyarakat tentang bagaimana hebatnya punk, tidak membuat kalian menjadi punk dan kemudian diterima diluar sana. Buatlah band, buat gigs, rilis rekaman kalian, buatlah zine dan media kalian sendiri, berjejaringlah, jaga teman kiri-kanan dan keluarga kalian, bangun kemandirian komunal, organisirlah komunitas kalian, bergabunglah dengan mereka yang tidak beruntung di hidup ini, lawan otoritas yang menindas tanpa pandang bulu, bersenang-senanglah dengan passion kalian. Meski diluar sana kenyataan tak sesederhana itu, tapi paling tidak; at least those are things that make you punks. Berhentilah mengemis legalitas dan penerimaan. Respect is not a gift, its something you earn.
Terakhir, mengutip orasi sang orator lapangan; “Silakan bapak polisi geledah tas anak Punk. Tak sedikit dari mereka isinya sajadah dan kopiah untuk alat sholat. Kami masih berfikiran sehat, pak polisi,” tegasnya. Wait the fuck up…!!! jadi dengan kata lain mereka yang tak memiliki alat sholat itu tidak berfikiran sehat dan layak diperlakukan tidak adil? Lagipula -tanpa mengesampingkan fakta banyak kawan-kawan yang relijius, bukankah simbol-simbol ‘kepribadian berakhlak’ ala maisntream adalah sesuatu yang kita lawan? Bukankah inti menjadi punk itu mengingatkan kita untuk meyakini pilihan kita sendiri? apapun itu, relijius atau tidak, stand up for what you believe in!
Apapun yang kawan-kawan yakini, jalani keyakinan kalian dengan kepala tegak. Tak ada aturan bahwa menjadi punk harus menjadi atheis, jadi jalani lorong spiritualitas kalian, peduli setan apapun yang orang katakan. Begitu pula sebaliknya, jika kalian yakin bahwa menjalani hidup tanpa keimanan bisa menjadikan kalian nyaman dengan apa yang kalian hadapi, mengapa pula harus mendengar petuah yang kalian sendiri tak yakini, termasuk masuk ke kamp rehabilitasi. Diluar sana, gonjang-ganjing ini mengerucut pada debat tak berujung dan stigmatisasi baik pada ‘Punk’ maupun ‘Islam’ (yang direpresentasikan polisi syariah). Jangan terperangkap di wilayah itu, menjadi punk bukan kriminal, dan tidak pula menjadi seorang muslim yang di beberapa pojokan diluar sana diperlakukan mirip kasus di Aceh. (Beberapa situs diskriminatif anti-toleransi mempergunakan isu Punk Aceh ini untuk mendiskreditkan Islam). Selama menjadi minoritas, akan selalu ada waktu dimana kalian melewati hari-hari cadas. Yang pasti sekali lagi; menjadi cengeng sama sekali tidak punk dalam menerima konsekuensi. Fight for it.
Akhirul kalam, mengemis penerimaan pada otoritas bukanlah sesuatu yang menyebabkan punk eksis di muka bumi. Now i sound too politicaly-correct, But fuck it, Lets make punk a threat again. Up the punx!
copy by : http://gutterspit.com/2011/12/25/making-punk-a-threat-again/
Rabu, 28 Desember 2011
The Last Dance Floor 2011
Empty House H.G.S Present
THE LAST DANCE FLOOR 2011
2nd Anniversary HGS
Guest Star :
-PAGI NAN CERAH (Lampung)
-EGG PLANT (Lampung)
-OVER8THINK
-RAWA BEBEK BERANTAKAN
-JUST LIKE YESTERDAY
-THE I.C.U
-THE LADY DIE DRUNK
and more band :
-ROTTEN EGG
-VICTORIA
-ELECTROTHETIS
-BIG FAMILY
-TRANCE
-HATE SUNDAY
-WE DIE TOGETHER
-PISANG IJO
-NEW MONSTER
-CRAZY ORCIST
-TRAITOR
-FORGET MY ENEMY
-BELA NEGARA
-SERANGAN DOMBA
@Balai Prajurit BKB (Belakang Kantor Walikota)
31 December 2011
Time : 09:00 UNTILL DROP
HTM : Rp.10.000
THE LAST DANCE FLOOR 2011
2nd Anniversary HGS
Guest Star :
-PAGI NAN CERAH (Lampung)
-EGG PLANT (Lampung)
-OVER8THINK
-RAWA BEBEK BERANTAKAN
-JUST LIKE YESTERDAY
-THE I.C.U
-THE LADY DIE DRUNK
and more band :
-ROTTEN EGG
-VICTORIA
-ELECTROTHETIS
-BIG FAMILY
-TRANCE
-HATE SUNDAY
-WE DIE TOGETHER
-PISANG IJO
-NEW MONSTER
-CRAZY ORCIST
-TRAITOR
-FORGET MY ENEMY
-BELA NEGARA
-SERANGAN DOMBA
@Balai Prajurit BKB (Belakang Kantor Walikota)
31 December 2011
Time : 09:00 UNTILL DROP
HTM : Rp.10.000
SOUND OF SPIRIT 2012The Biggest Event Metal Concert End of Year 31 DESEMBER 2011
SOUND OF SPIRIT 2012
31 DESEMBER 2011
LAP PARKIR KOLAM RENANG SENAYAN JAKARTA
31 DESEMBER 2011
LAP PARKIR KOLAM RENANG SENAYAN JAKARTA
SOUND OF SPIRIT adalah hajatan akbar para METAL HEADS yang di jadikan ajang berkumpul di pergantian tahun, setelah sempat vakum selama kurung waktu 3 tahun lamanya, kali ini SOUND
OF SPIRIT menyediakan 2 buah stage dan akan memuntahkan
band-band CADAS dari ibukota
Jakarta serta kota-kota besar
lainnya di Indonesia berikut adalah band-band yang
akan performance di SOUND OF SPIRIT
TENGKORAK - PURGATORY -
TRAUMA - MELODY MAKER - BETRAYER - GODZILLA - QISHASH
- PANIC DISORDER - GELAP - ASPHYXIATE - CORPORATION OF BLEEDING - LOST ANOTHER - AAARGHH - AFTER MATH -
SUFFERING - PAPERGANGSTER - SS - BESTIALITY - SOULARE -
BLUE FLAG - SOTTISH - UFO -
END OF JOURNEY - EXTREME HATE - DANTE MUST DIE - THE
CORALS - DIVINE - FOD - FASIQ - BASTERD - DEAD PEOPLE
DANCE - STOP KONTAK - RED
ROSE AND MANY MORE THAN 100 BAND
TRAUMA - MELODY MAKER - BETRAYER - GODZILLA - QISHASH
- PANIC DISORDER - GELAP - ASPHYXIATE - CORPORATION OF BLEEDING - LOST ANOTHER - AAARGHH - AFTER MATH -
SUFFERING - PAPERGANGSTER - SS - BESTIALITY - SOULARE -
BLUE FLAG - SOTTISH - UFO -
END OF JOURNEY - EXTREME HATE - DANTE MUST DIE - THE
CORALS - DIVINE - FOD - FASIQ - BASTERD - DEAD PEOPLE
DANCE - STOP KONTAK - RED
ROSE AND MANY MORE THAN 100 BAND
HTM: Rp.35.000,-
presale : Rp.25.000,- available at
INDOMARET terdekat
sponsor by:
>> F&N
>> AXIS gsm yang baik
>> GRINDhttp://
>> CKR shoes https://twitter.com/
#!/CKR_Shoes
>> TEENAGE RAGE http://
Teenage-Rage-
Clothing/233522723379605
WELCOME FOR SPONSORSHIP
media partner:
>> Sound Up
>> Provoke
>> Xtreme Zine
>> Dapurletter.com
>> Jurnalillca
>> Music For Life
>> The Daily Concert
organized by:
GRIND
GRIND JAKARTA follow us at
twitter @GRINDWEAR
Rabu, 21 Desember 2011
#DjarumSuperRevolve, 23 Des 2011, Lap.Brigif Cimahi
#DjarumSuperRevolve, 23 Des 2011, Lap.Brigif Cimahi, with: Burgerkill, Koil, Rosemary, Bleeding Corpse, Tjukimay and more! Tickets On The Spot: IDR 15.000,-. C'mon guys let's join the party!!! Woohoooo... \m/
Selasa, 20 Desember 2011
Biography Andyan Gorust ( Drummer Dead Squad )
http://andyangorust.com/index.html
Andyan Gorust yang bernama asli Andyan Nasary Suryadi lahir di Jakarta 08 oktober 1981.
06 July 1996 Andyan membentuk band “SIKSAKUBUR”, Disini lah awal karir Andyan Gorust dalam Dunia Musik Extreme Metal ( Death Metal ).
06 July 1996 Andyan membentuk band “SIKSAKUBUR”, Disini lah awal karir Andyan Gorust dalam Dunia Musik Extreme Metal ( Death Metal ).
Selama 11 tahun Andyan bersama SIKSAKUBUR, juga beberapa kali mengisi posisi drum di beberapa band dari black metal, thrash metal, etnik, sampe death metal diantaranya: ABSOLUTE DEFIANCE, INNER BEAUTY, dll.
Februari 2006 Andyan menjalankan band projek bersama Bony (ex tengkorak), Stevie Item (Andra n the backbone), Coki Bollemeyer (Netral) - (Sebelumnya dengan Ricky Seringai dan Prisa), hingga akhirnya terbentuk DEADSQUAD pada tgl 29 Agustus 2006 hingga sekarang.
Kini selain sibuk dalam jadwal DEADSQUAD, Andyan juga merupakan staff pengajar (Drum Instruktur) di Eno Drum School milik Eno Netral dan di Ritmik Musik milik Sandy PAS Band.
14 Tahun eksistensi malang melintang di dunia musik Metal dan karakter tersendiri dari teknik bermain drumnya membuat nama Andyan Gorust cukup familiar dan Influential di Metal scene dan dunia musik Metal terutama di Indonesia, yang juga membuat nama Andyan Gorust termasuk dari daftar 50 Greatest Indonesian Drummer versi majalah Rolling Stone Indonesia. Segudang pengalaman dan ratusan rangkaian tour dari panggung ke panggung lokal dan luar negeri merupakan perjalanan panjang dari Andyan Gorust.
Minggu, 27 November 2011
JAKCLOTH DESEMBER 2011
JAKCLOTH 2011
JAKCLOTH (Summer); 8-10 Juli 2011, Plaza Tenggara - Senayan
JAKCLOTH (YES) 9-11 Desember 2011, Parkir Timur - Senayan
More than 150 booth clothingClothing Expo, Konser Musik, Skateboard & Fingerboard Competition, BMX, Bundgee Trampolin. etc...
Info & Register clothing:
Up: Bayu 021 9470 8565 / 0813 1833 3488
Kerjasama:
Up. Bonny 0817 99 418 99
Kamis, 17 November 2011
R.A.W ( ROCK ART WEAR )
Salah satu Band Thrash Punk Palembang yang sudah tidak awam lagi di telinga pecinta musik underground Palembang -> DISCOSHIT.Kali ini sang Drumer yang lebih dikenal dengan REZA RAW telah sukses bersama teman teman lainnya mendirikan satu tempat SHOP MERCH BAND....
yow. RAW atau lebih dikenal ROCK ART WEAR yang beralamat di Jl. Jaksa Agung R. Soeprapto No. 2401 Palembang Info Phone +6281994903891. Available Merchandise Band Band local Palembang,Music magazine dan Local kota lainya ataupun Merchandise InterLokal...
so Mari merapat get your Mechandise Favourite Band \m\.
Kamis, 20 Oktober 2011
Menggapai Utopia II ( SMELL LIKE YOUTH SPIRIT )
Penggalangan Dana untuk Ruang Komunitas & Rumah Info Utopia Palembang
"Smells Like Youth Spirit"
Tribute To Nirvana
Kampus STISIPOL Candradimuka
(Jln. Swadaya. Sekip Ujung Palembang)
Minggu, 23 Oktober 2011, 10.00-17.00
BAND:
OTAK KORENG (grind core), EVERYDAY VALENTINE (power pop), HATE SUNDAY (melodic punk), ELECTROTETIS (melodic punk), IRON FIST (hard core), RECTAVIA (melodic punk), DEATHRONE (brutal death core), ROTTEN EGG (metal core), GUNSMOKE (grunge), DEPRESSION (grunge), SUNDAY MORNING (garage rock), CHICKBRAIN (punk rock), AGAINST OPPRESSION (hard core), NOL PERSEN (street punk grunge), DREAM VISUAL (punk rock), BUNNY HOOK (melodic punk), POWER OF SNAIL (melodic punk), [C54] (singer-songwriter), SYUBIDUPAMPAM (hard rock), VICTORIA (pop punk), WE CALL US OUR (pop punk)
EKSHIBISI:
FOTOGRAFI: UKM (PIRANHA) Fotografi Candradimuka, Kancut, Kepalatandukrusa, AromaKretek, Satria Nugrah, Alergi, Inqa Seystika, Budiawab JB, Aldinosa Prayogo, Gee Avi, Angga B Algazelia, Isman, Aswhin Mermento, Iam Jarot. ILUSTRASI: Efesen, Yudi Putranto, Holyguns, Dhex, Cep Putra, Leka Braindead,Granvandal, Rickodecoro, Dedi, Mukarata. KOLASE: Deny Oct, Angkasa Murka, Andrirawk, Arm, Eits, and more...
DONASI 10.000
Tiket bisa didapatkan di:
Raw Rock Art Shop, Love And Hate, Reaction Shop, Kolektif Perempauan, FNB-PLG, Komite Utopia (Facebook Menggapai Utopia)
"Smells Like Youth Spirit"
Tribute To Nirvana
Kampus STISIPOL Candradimuka
(Jln. Swadaya. Sekip Ujung Palembang)
Minggu, 23 Oktober 2011, 10.00-17.00
BAND:
OTAK KORENG (grind core), EVERYDAY VALENTINE (power pop), HATE SUNDAY (melodic punk), ELECTROTETIS (melodic punk), IRON FIST (hard core), RECTAVIA (melodic punk), DEATHRONE (brutal death core), ROTTEN EGG (metal core), GUNSMOKE (grunge), DEPRESSION (grunge), SUNDAY MORNING (garage rock), CHICKBRAIN (punk rock), AGAINST OPPRESSION (hard core), NOL PERSEN (street punk grunge), DREAM VISUAL (punk rock), BUNNY HOOK (melodic punk), POWER OF SNAIL (melodic punk), [C54] (singer-songwriter), SYUBIDUPAMPAM (hard rock), VICTORIA (pop punk), WE CALL US OUR (pop punk)
EKSHIBISI:
FOTOGRAFI: UKM (PIRANHA) Fotografi Candradimuka, Kancut, Kepalatandukrusa, AromaKretek, Satria Nugrah, Alergi, Inqa Seystika, Budiawab JB, Aldinosa Prayogo, Gee Avi, Angga B Algazelia, Isman, Aswhin Mermento, Iam Jarot. ILUSTRASI: Efesen, Yudi Putranto, Holyguns, Dhex, Cep Putra, Leka Braindead,Granvandal, Rickodecoro, Dedi, Mukarata. KOLASE: Deny Oct, Angkasa Murka, Andrirawk, Arm, Eits, and more...
DONASI 10.000
Tiket bisa didapatkan di:
Raw Rock Art Shop, Love And Hate, Reaction Shop, Kolektif Perempauan, FNB-PLG, Komite Utopia (Facebook Menggapai Utopia)
Rabu, 12 Oktober 2011
Stevie Item(DeadSquad & Andra and The Backbone)
Stevie Morley Item dilahirkan pada tanggal 28 Maret 1979 di Jakarta sebagai anak kedua dari empat bersaudara hasil pernikahan Yopie Item dan Evie Aquanthie. Mulai mengenal musik sejak SD kelas 6, alat musik yang pertama kali dikuasai adalah organ, tetapi kemudian Stevie lebih tertarik dengan alat musik lain yaitu Guitar.
Saat itu tepi tertarik belajar guitar karena melihat temannya sedang bermain guitar. Pada saat itu juga Stevie langsung ingin belajar dan langsung mencari cord2 lagu Guns n Roses yang berjudul sweet child o mine. Kemudian dia pulang dan karena di rumahnya cukup banyak koleksi guitar milik bokapnya Yopie Item, stevie langsung mengulik cord yang dipelajari dari temannya itu.
Saat SMP stevie sudah mulai menguasai guitar dengan sangat baik dan sudah mulai ngeband bersama teman2 SMPnya, tapi band ini jarang sekali latihan, stevie malah lebih sering bermain guitar sendiri di kamar untuk lebih memperdalam ilmu guitarnya.
Setelah memasuki SMA masih tetap ngeband dan terlibat di banyak tetap karena stevie yang selalu identik dengan band2 cabutan dan tidak mempunyai band yang tetap. Kelas 3 SMA stevie ikutan audisi sebagai guitarist-nya Iwa K Band dan diterima sebagai additional player di Band Iwa K itu yang pada saat itu akan melakukan tour.
Stevie Item dari dulu memang sudah menyukai musik beraliran keras seperti Megadeth, Metallica, Anthrax, Sepultura, tapi menyukai juga band2 seperti smashing pumpkins, stone temple pilots, nirvana, soundgarden, The Cardigans, Foo Fighters dan lain2.
Setelah itu Stevie sangat dikenal sebagai Additional guitar di banyak band dan Artis, diantaranya adalah Oppie Andarista, Audy, Ari Lasso, Ratu, Samson, Dewa19 dan beberapa band2 yang lain. Selain mondar mandir sebagai additional player Stevie juga beberapa kali ikut dalam project2 rekaman di album Dewa19, Ari Lasso, Ratu, Oppie Andarista, Chrisye dan lain2. Pada saat yang hampir bersamaan ditahun 1999 Stevie ditawarin oleh temannya untuk bergabung di sebuah band Hardcore di Jakarta yang bernama "StepForward" . Tahun 2004 Stevie hengkang dari "StepForward" dan sekarang membentuk band beraliran Death Metal bersama Andyan Gorust (Siksa kubur), Bonie (Tengkorak), Babal (Alexander), Prissa (Zala) yang diberi nama "DeadSquad".
Pada tahun 2001-2002 Stevie yang sebelumnya juga sebagai Additional Player di dewa19 bertemu dengan Andra Ramadhan, saat itu Andra ingin membuat Album solo dan meminta Stevie untuk ikutan dalam project tersebut. Karena jadwal Dewa19 yang sangat padat pada saat itu, project tersebut sempat tertunda. Dan mulai dilanjutkan lagi sekitar tahun 2005 dengan mulai merekam demonya bersama Andra. Tapi proses tersebut masih belum terlalu intents karena masing2 mempunyai kesibukan sendiri dan jadwal tour Dewa19 juga sangat padat.
Pada tahun 2006 Stevie dan Andra bertemu dengan Dedy Lisan di cirebon, saat itu Dedy sebagai jurnalis majalah "HAI" dan sedang meliput dewa19. Pada saat itu Stevie dan Andra sedang mencari vocalis untuk project ini, mereka sempat mendengar dan mendapat rekomendasi dari Ari Lasso kalau Dedy adalah seorang penyanyi yang mempunya karakter yang cocok untuk project tersebut. Kemudian Andra meminta Dedy untuk mengisi contoh suaranya untuk lagu musnah. Karena memang karakter suara Dedy sangat cocok untuk project itu maka Stevie dan Andra yang sudah merasa cocok dengan dedy langsung memberikan demo album mereka ke label rekaman (EMI Music Indonesia). Dan pihak Label langsung setuju dengan konsep dan materi dari demo Album tersebut.
Sabtu, 01 Oktober 2011
PSI 4th Road To Indonesia Open Extreme Championshiop
PSI 4th Road To Indonesia Open eXtreme Championship.
Skateboard and BMX Competition.
Street Flat | High | Long | Bestrick Contest.
Band Performance.
October 02 2011. 9 A.M Till Drop
at Jalan Enim Lapangan Tenis PEMDA
Skateboard and BMX Competition.
Street Flat | High | Long | Bestrick Contest.
Band Performance.
October 02 2011. 9 A.M Till Drop
at Jalan Enim Lapangan Tenis PEMDA
Minggu, 25 September 2011
"WE KEEP METAL ALIVE 2009"
MELODY MAKER LIVE SOLUCITE PRESENTS:
"WE KEEP METAL ALIVE 2009" 4 OKTOBER
BULUNGAN OUT DOOR JAKSEL @ 13.00 WIB
..
WITH: BURGERKILL,DEADSQUAD,NOXA,HARDTOKILL,GELAP,ORACLE,
VENDETTA,INMEMORIAM,NEMESIS,MPD,DOWNFORLIFE,HITOKI RI,REVENGE,
DEMONDAM...NS,INNERSIG,SH
WITH: BURGERKILL,DEADSQUAD,NOXA,HARDTOKILL,GELAP,ORACLE,
VENDETTA,INMEMORIAM,NEMESIS,MPD,DOWNFORLIFE,HITOKI RI,REVENGE,
DEMONDAM...NS,INNERSIG,SH
Senin, 19 September 2011
BAD RELIGION DI JAKARTA ( G.B.K ) 20 SEPTEMBER 2011
TEMPO Interaktif, Jakarta - Band punk asal California, Amerika Serikat, Bad Religion, siap mengguncang Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa, 20 September 2011. Lebih dari 5 ribu penonton diperkirakan akan bergoyang mengikuti irama cadas Greg Graffin dan kawan-kawan.
"Target penonton sudah sampai. Mungkin akan ada 5 ribu lebih penonton yang hadir," tutur Marketing Communication Big Daddy, Arief Ramadhoni, saat dihubungi Tempo, Senin, 19 September 2011.
Menurut Arief, kehadiran Bad Religion di Jakarta merupakan bagian dari rangkaian gelaran musik yang bertajuk Big Wave Festival. Di hari itu, Bad Religion akan adu cadas dengan dua band yang tampil lebih dulu di festival tersebut, Yellow Card dan Panic At The Disco. "Aliran mereka hampir mirip. Tapi yang paling keras Bad Religion," tegas Arief.
Menurut juru bicara Big Daddy, Muhammad Riffat, konser tiga band di Gelora Bung Karno tersebut akan dimulai dari pukul 19.00 WIB. Masing-masing band kemungkinan akan membawakan lagu sekitar 1,5 jam. "Mereka satu panggung. Yang pertama Yellow Card, kedua Panic At The Disco, dan yang terakhir Bad Religion," ungkap dia.
Saat ini, Riffat melanjutkan, pihak penyelenggara tengah menyelesaikan tahap akhir persiapan konser dari produksi, pencahayaan, hingga tata suara. "Semua hampir selesai," tuturnya.
Menurut Riffat, semua artis yang akan manggung dijadwalkan sudah tiba di Indonesia hari ini. "Tapi, sampai sekarang saya belum dapat berita up-datenya," kata Riffat.
Rencananya, besok pukul 15.00 WIB, promotor Big Daddy akan menggelar siaran pers terkait rencana konser Bad Religion, Yellow Card, dan Panic At The Disco di malam harinya. "Sekaligus untuk pengambilan ID Card buat teman-teman media," ungkap Riffat.
Riffat mengaku tidak tahu bocoran lagu-lagu yang akan dibawakan Bad Religion, Yellow Card, dan Panic At The Disco. Ia mengatakan pihak artis belum memberikan daftar lagu yang akan dimainkan mereka. "Mungkin besok baru bisa dijelaskan pas press conference," ujar dia.
"Target penonton sudah sampai. Mungkin akan ada 5 ribu lebih penonton yang hadir," tutur Marketing Communication Big Daddy, Arief Ramadhoni, saat dihubungi Tempo, Senin, 19 September 2011.
Menurut Arief, kehadiran Bad Religion di Jakarta merupakan bagian dari rangkaian gelaran musik yang bertajuk Big Wave Festival. Di hari itu, Bad Religion akan adu cadas dengan dua band yang tampil lebih dulu di festival tersebut, Yellow Card dan Panic At The Disco. "Aliran mereka hampir mirip. Tapi yang paling keras Bad Religion," tegas Arief.
Menurut juru bicara Big Daddy, Muhammad Riffat, konser tiga band di Gelora Bung Karno tersebut akan dimulai dari pukul 19.00 WIB. Masing-masing band kemungkinan akan membawakan lagu sekitar 1,5 jam. "Mereka satu panggung. Yang pertama Yellow Card, kedua Panic At The Disco, dan yang terakhir Bad Religion," ungkap dia.
Saat ini, Riffat melanjutkan, pihak penyelenggara tengah menyelesaikan tahap akhir persiapan konser dari produksi, pencahayaan, hingga tata suara. "Semua hampir selesai," tuturnya.
Menurut Riffat, semua artis yang akan manggung dijadwalkan sudah tiba di Indonesia hari ini. "Tapi, sampai sekarang saya belum dapat berita up-datenya," kata Riffat.
Rencananya, besok pukul 15.00 WIB, promotor Big Daddy akan menggelar siaran pers terkait rencana konser Bad Religion, Yellow Card, dan Panic At The Disco di malam harinya. "Sekaligus untuk pengambilan ID Card buat teman-teman media," ungkap Riffat.
Riffat mengaku tidak tahu bocoran lagu-lagu yang akan dibawakan Bad Religion, Yellow Card, dan Panic At The Disco. Ia mengatakan pihak artis belum memberikan daftar lagu yang akan dimainkan mereka. "Mungkin besok baru bisa dijelaskan pas press conference," ujar dia.
Selasa, 02 Agustus 2011
Iron Maiden Konser di Jakarta & Bali 2011
Setelah rumor kedatangan Iron Maiden ke Indonesia ramai berhembus sejak beberapa bulan terakhir, akhirnya pihak booking agent dan manajemen Iron Maiden mengumumkan secara resmi kepastian konser legenda heavy metal dunia asal Inggris tersebut di Indonesia pada hari Rabu (3/11) dinihari ini via website resmi Iron Maiden.
Rencananya Iron Maiden untuk pertama kalinya akan menggoncang Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta pada hari Kamis, 17 Februari 2011 dan Garuda Wisnu Kencana, Bali pada hari Minggu, 20 Februari 2011. Kedua konser ini merupakan bagian dari tur konser dunia bertajuk The Final Frontier 2011 yang juga menjadi titel album studio terbaru mereka. Promotor Original Productions akan menangani kedua konser di Indonesia tersebut.
Bassist sekaligus pendiri Iron Maiden, Steve Harris secara khusus berkomentar tentang rencana konser mereka di Indonesia. ”Ketika kami mendengar kabar akan datang ke Indonesia untuk pertama kalinya, seluruh band sangat gembira, bukan hanya negara itu adalah bagian indah dunia ini yang membuat kami tak sabar untuk segera datang ke sana! Namun karena kami juga punya banyak fans loyal yang ingin menyaksikan Iron Maiden tampil secara live di sana,” ujar Harris, ”Tak sabar kami memberikan malam spektakuler yang telah kami rencanakan buat mereka semua. Tentunya dengan memainkan beberapa lagu dari album baru dan banyak lagu-lagu lama yang favorit. Tak lupa kami juga akan mengajak Eddie yang harus dilihat langsung supaya kalian semua percaya!”
Tommy Pratama, promotor dari Original Productions menjelaskan, “Saya sejak tahun 2005 sudah melobi Iron Maiden ke agent mereka karena sebelumnya kami sudah saling mengenal ketika mengurus dua konser Megadeth dulu. Waktu itu dia belum memberikan jadwal dan saya disuruh menunggu. Begitu juga sewaktu 2008 lalu Iron Maiden manggung di India saya sempat bertanya juga.”
”Akhirnya memang baru deal sekarang. Saya khusus diundang oleh mereka datang ke festival Sonisphere Inggris beberapa bulan lalu untuk membicarakan rencana konser Iron Maiden di Indonesia. Sempat ketemu juga dengan Rod Smallwood (manajer) dan para personel Iron Maiden di belakang panggung Sonisphere,” imbuh Tommy lagi saat berkunjung ke Rolling Stone Cafe pada Selasa (2/11) siang.
Sebelumnya selama beberapa hari ini sejak pekan lalu, website Iron Maiden telah menampilkan gambar tangan kanan maskot band mereka, Eddie, tengah menggenggam bola dunia dengan fokus pada wilayah teritori Indonesia. Tepat dibawahnya bertuliskan ”Tuesday 2nd November 6 PM GMT.” Sontak saja gambar ini membuat geger para fans Iron Maiden di tanahair yang awalnya tidak percaya mereka akan berkonser di sini mengingat website resmi belum menampilkan jadwal Indonesia di sana.
Konser Iron Maiden di Stadion Utama Senayan ini akan menjadi konser bersejarah karena praktis sejak puluhan tahun lalu stadion kebanggaan ini tak pernah lagi digunakan sebagai arena konser. Band hard rock legendaris Deep Purple pada akhir tahun 1975 selama dua malam sempat menggelar konser di sana dihadiri lebih dari 100.000 penonton. Sementara Mick Jagger, vokalis The Rolling Stones pernah menggelar konser solonya di stadion ini pada bulan Oktober 1988 dan disaksikan sekitar 80.000 penonton. Terakhir kali Stadion Utama digunakan untuk konser pada tanggal 23 Januari 1990 yang menampilkan grup legendaris lokal Kantata Takwa yang kabarnya disaksikan sekitar 150.000 penonton
Menurut Tommy harga tiket konser di Jakarta ini akan di bagi beberapa kelas. Kelas Festival Utama (Front Row) antara Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta, Kelas Festival Rp 550 ribu dan Kelas Tribun Rp 200 ribu sampai Rp 350 ribu. Rencananya pada hari Minggu, 14 November mendatang Original Productions akan menggelar pre-sale tiket konser ini selama sehari penuh tepat di depan Stadion Utama Senayan dengan harga diskon khusus.
Selain Iron Maiden, menurut Tommy, akan tampil pula sekitar tiga hingga empat band pembuka asal Indonesia nantinya. Hingga kini ia belum dapat mempublikasikan nama-nama artisnya namun yang pasti akan terdiri dari band rock/metal lawas nan legendaris Indonesia dan band rock/metal lokal jaman sekarang. Konser yang juga diberi nama Original Rock Fest 2011 ini akan dimulai pada pukul 16:00 hingga 23:00 WIB.
”Riders Iron Maiden ini tergolong kompleks. Di pesawat itu mereka membawa sendiri rigging stage, monitor speaker, PA dan mixer control, semuanya seberat 10 ton tapi mereka juga meminta kami menyediakan sound system pendukung dan roadies lokal untuk membantu produksi panggung. Totalnya kami diminta menyediakan daya sebesar 350 ribu Watt untuk kebutuhan sound system mereka,” rinci promotor yang sebelumnya pernah mendatangkan Megadeth, Scorpions, Extreme, Deep Purple, Bon Jovi hingga Toto ke Indonesia tersebut.
Menariknya lagi, Iron Maiden akan terbang ke Indonesia dengan menggunakan pesawat Boeing 757 milik mereka yang terkenal itu, Ed Force One. Pesawat yang dijuluki Flight 666 itu akan menerbangkan para personel, kru, manajemen Iron Maiden sejumlah 60 orang beserta logistik konser mereka yang seberat 10 ton. Pilot pesawat ini tak lain adalah vokalis Iron Maiden sendiri, Kapten Bruce Dickinson. Hingga kini masih belum jelas apakah Ed Force One akan mendarat di Lanud Halim Perdana Kusuma atau Soekarno-Hatta.
Vokalis sekaligus pilot, Bruce Dickinson berkomentar tentang tur ini, “Dapat mengangkut semuanya ke dalam Ed Force One untuk Somewhere Back In Time Tour membuat kami seperti punya karpet terbang sendiri! Dan kini untuk The Final Frontier World Tour bahkan kami lebih perluas lagi jangkauannya. Kami tahu bahwa kami punya banyak fans di Asia yang telah menunggu sangat lama kedatangan kami. Jika dulu secara logistik tidak mungkin – but now it is!” jelas Bruce.
Sebenarnya Iron Maiden bersama pesawat Ed Force One sempat mampir di Indonesia pada awal 2008 silam. Dalam rangkaian tur mereka dari India ke Australia pesawat Ed Force One sempat transit di Bandara Hang Nadim, Batam untuk mengisi bahan bakar. Adegan ini bahkan ikut masuk ke dalam film dokumenter tur konser Iron Maiden, Flight 666 garapan sutradara terkemuka Kanada, Sam Dunn dan Scot McFadyen.
Manajer Iron Maiden Rod Smallwood ikut menambahkan, ”Rencana untuk menggelar tur ini memakan waktu dua tahun lamanya dan banyak orang (kebanyakan akuntan kami) bilang kami gila untuk mencobanya,” ujarnya, ”Ternyata semuanya terbayar tuntas saat melihat reaksi dari orang-orang yang sangat fenomenal – mulai dari pihak bandara hingga momen pesawat kami mendarat di landasan mereka hingga sambutan fans loyal yang telah menunggu lama kedatangan kami di negara mereka. Ed Force One selalu menjadi berita headline di TV Nasional di negara manapun kami singgahi!”
Sepertinya bukan kebetulan pula konser Iron Maiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan ini menjadi kado bagi Rod Smallwood karena digelar berbarengan harinya dengan ulang tahun ke-61 manajer band yang telah bekerjasama sejak 1976 tersebut. Kado ulang tahun dari Iron Maiden ini kemudian berlanjut dengan Rod Cs "berlibur" di Bali hingga 21 Februari 2011 sebelum melanjutkan tur ini nantinya ke Australia.
Sebelum mendarat di Jakarta, Iron Maiden akan membuka tur konser dunia The Final Frontier ini di Moskow pada 11 Februari dan Singapore Indoor Stadium pada 15 Oktober 2011. Selama 66 hari mereka akan berkeliling dunia ke 13 negara, mengunjungi 26 kota sekaligus menggelar 29 konser kolosal di sana. Tur ini direncanakan bakal berakhir di St. Petersburg, Rusia pada 10 Juli 2011. Diperkirakan untuk rangkaian tur ini seluruh konser Iron Maiden akan di saksikan lebih dari 600.000 penonton.
Iron Maiden merupakan salah satu band pionir genre New Wave of British Heavy Metal yang dibentuk oleh pemain bass Steve Harris di London Timur, Inggris pada tahun 1975. Hingga kini totalnya mereka telah merilis 31 album yang termasuk di antaranya 15 album studio, 5 album kompilasi, 7 album live, 4 album mini yang seluruhnya telah terjual sebanyak lebih dari 85 juta keping di seluruh dunia.
Line-up terakhir mereka saat ini adalah Bruce Dickinson (vokal/pilot), Steve Harris (bass), Dave Murray (gitar), Janick Gers (gitar), Adrian Smith (gitar) dan Nicko McBrain (drums.
Minggu, 31 Juli 2011
BUGE BAGE
Artist – BUGE BAGE
Genre – Hardcore Punk
Website –................................
Country - Palembang, Indonesia
Tracklist :
Klik Song If You want Download
Selasa, 26 Juli 2011
Biografi Band Death Metal UJUNG BERUNG "FORGOTTEN"
Biografi Band Death Metal UJUNG BERUNG "FORGOTTEN"
DOWNDLOAD HERE
Terbentuknya FORGOTTEN tidak pernah lepas dari sejarah komunitas musik HOMELESS CREW di Ujungberung Bandung. Bagian dari sebuah komunitas musik cadas paling tua di Bandung dan masih tetap aktif hingga sekarang. Mereka lahir dan berkembang untuk menjadi bagian dari sejarah musik underground di Bandung dan Indonesia.
Bulan January 1997 album pertama `FUTURE SYNDROME` di rilis. Bermaterikan enam buah lagu berlirik Inggris di rilis oleh bendera indie lokal PALAPA RECORD. Mengusung konsep musik old skool death metal style yang dipadukan dengan beat hardcore dan cross over/thrash metal. Karakter sound kasar, gaya vokal rought screaming yang emosional dipadukan dengan lirik yang bertemakan social dan politik mencoba memotret kondisi realitas yang terjadi pada saat itu. Peredarannya mencakup wilayah Indonesia dan Asia. Sedangkan untuk peredaran di wilayah Eropa di rilis oleh perusahaan indie Jerman MORBID RECORDS.
Bulan Maret 1998 album single promo FORGOTTEN bermaterikan dua buah lagu dengan titel `OBSESI MATI Promo Tape 98` di rilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Pasca Forgotten mulai konsentrasi untuk penggarapan proyek full album yang ke dua. Bertempat di studio Rehearsal 40124 Bandung, sepuluh materi lagu mulai di rekam. Di bawah label indie lokal Extreme Soul Production, bulan Agustus 2000 album kedua `OBSESI MATI` dirilis. Pada album ini Forgotten berhasil menemukan karakter musik death metal yang bersumber dari realitas personal. Lirik yang gelap, depresif serta tehnik vokal yang sangat emosional. Album ini seolah menjadi representasi dari sebuah realitas jaman.
Bulan Juli 2001 kembali FORGOTTEN masuk studio. Sebuah album yang menuai banyak kontroversi dengan titel `TUHAN TELAH MATI` dirilis bulan Agustus 2001 oleh ROCK RECORD. Berisi 4 lagu dengan aransemen musik technical death metal dengan lyric yang sarcastic menggunakan sudut pandang teori filsafat nihilism dan diproduksi dalam jumlah yang terbatas.
Bulan Maret 2003 FORGOTTEN merilis album `TIGA ANGKA ENAM` dibawah label ROTTREVORE RECORDS. Berisi 10 lagu dengan aransemen musik death metal yang variatif. Gabungan antara skill bermusik, eksporasi kecepatan dan power hingga titik maksimal. Sebuah album yang penuh dengan nuansa kegelapan dan terror namun dibalut oleh bahasa puitis dan metaphor yang cerdas. Ini adalah salah satu koleksi album death metal paling inspiratif di Indonesia. Pada tahun 2008 album ini kembali dirilis dalam bentuk CD.
Bulan January 1997 album pertama `FUTURE SYNDROME` di rilis. Bermaterikan enam buah lagu berlirik Inggris di rilis oleh bendera indie lokal PALAPA RECORD. Mengusung konsep musik old skool death metal style yang dipadukan dengan beat hardcore dan cross over/thrash metal. Karakter sound kasar, gaya vokal rought screaming yang emosional dipadukan dengan lirik yang bertemakan social dan politik mencoba memotret kondisi realitas yang terjadi pada saat itu. Peredarannya mencakup wilayah Indonesia dan Asia. Sedangkan untuk peredaran di wilayah Eropa di rilis oleh perusahaan indie Jerman MORBID RECORDS.
Bulan Maret 1998 album single promo FORGOTTEN bermaterikan dua buah lagu dengan titel `OBSESI MATI Promo Tape 98` di rilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Pasca Forgotten mulai konsentrasi untuk penggarapan proyek full album yang ke dua. Bertempat di studio Rehearsal 40124 Bandung, sepuluh materi lagu mulai di rekam. Di bawah label indie lokal Extreme Soul Production, bulan Agustus 2000 album kedua `OBSESI MATI` dirilis. Pada album ini Forgotten berhasil menemukan karakter musik death metal yang bersumber dari realitas personal. Lirik yang gelap, depresif serta tehnik vokal yang sangat emosional. Album ini seolah menjadi representasi dari sebuah realitas jaman.
Bulan Juli 2001 kembali FORGOTTEN masuk studio. Sebuah album yang menuai banyak kontroversi dengan titel `TUHAN TELAH MATI` dirilis bulan Agustus 2001 oleh ROCK RECORD. Berisi 4 lagu dengan aransemen musik technical death metal dengan lyric yang sarcastic menggunakan sudut pandang teori filsafat nihilism dan diproduksi dalam jumlah yang terbatas.
Bulan Maret 2003 FORGOTTEN merilis album `TIGA ANGKA ENAM` dibawah label ROTTREVORE RECORDS. Berisi 10 lagu dengan aransemen musik death metal yang variatif. Gabungan antara skill bermusik, eksporasi kecepatan dan power hingga titik maksimal. Sebuah album yang penuh dengan nuansa kegelapan dan terror namun dibalut oleh bahasa puitis dan metaphor yang cerdas. Ini adalah salah satu koleksi album death metal paling inspiratif di Indonesia. Pada tahun 2008 album ini kembali dirilis dalam bentuk CD.
Jumat, 22 Juli 2011
SKATECORE VOLl #1
SKATECORE VOLl #1
With perform..
TRASHCAN
DECKDOGS
BUGEBAGE
BARBAR
DICKHEAD
GIGARWEED
HOLIDAY SUCKER
ATTACK CONTROL
NOT STYLE BUT SKILL
AT GRIND MUSIC STUDIO
SATURDAY JULY 23-2011
07:00 PM -TILL DESTROY
With perform..
TRASHCAN
DECKDOGS
BUGEBAGE
BARBAR
DICKHEAD
GIGARWEED
HOLIDAY SUCKER
ATTACK CONTROL
NOT STYLE BUT SKILL
AT GRIND MUSIC STUDIO
SATURDAY JULY 23-2011
07:00 PM -TILL DESTROY
Kamis, 21 Juli 2011
serigala militia beringas sejak 2002
SERIGALA -MILITIA SERINGAI
DOWNDLOAD HERE
[serigala militia beringas sejak 2002]
Spoiler for the story:
Setahun setelah bubarnya band hardcore legendaris Puppen, pada awal tahun 2002 di Jakarta, Indonesia, berdirilah Seringai.
Sang vokalis Arian 13 [Puppen, aparatmati] mengajak rekan seperjuangannya, drumer khemod dari Bandung [thrash grinders, aparatmati] dan gitaris Ricky Siahaan dari band Step Forward untuk memainkan musik perpaduan antara Motorhead, Black Sabbath, Slayer, MC5, mereka mulai jam session setelah sang pemain bass, Toan bergabung.
Seringai sudah sering menulis lagu, dan tampil disetiap pertunjukan kecil di Jakarta dan Bandung. Nomor-nomor hits mereka seperti "Alkohol" dan "Membakar Jakarta" menjadi favorit orang banyak. Seringai mempopulerkan pertunjukannya dengan menggabungkan unsur alkohol, bernyanyi bersama, slamdancing, dan melakukan aksi stage diving tanpa mengenal lelah.
Tak lama kemudian, Toan meninggalkan band, dan digantikan oleh Sammy. Seringai memulai untuk merekam 9 lagu termasuk membawa ulang nomor Black Flag yang berjudul "Jealous Again", dan merilis EP High Octane Rock di tahun 2004 dalam format kaset dengan label mereka sendiri, Parau. Banyak yang mendukung proses rekaman tersebut, dan tanpa promosi yang besar mereka telah berhasil menjual 15.000 kopi mini album High Octane Rock.
Mereka bahkan ditawarkan untuk menulis sebuah lagu untuk soundtrack sebuah film lokal bernama 'Catatan Akhir Sekolah' dan film horor '12:00,' kedua film tersebut juga terbilang sukses. Penggemar Seringai tumbuh menjadi besar, dan menamai diri mereka 'serigala Seringai' atau Seringai's Wolfpack.
Fans mereka juga bervariasi, berkisar dari usia 15 tahun hingga berusia 40 tahun. Pada tahun 2005, mereka merilis CD yang berhasil terjual sebanyak 2000 kopi hanya dalam waktu 2 bulan. Kali ini, CD tersebut didistribusikan oleh Off The Records / Universal Music Indonesia. Selama bermain disetiap gigs, stadion, klub hingga festival, Seringai tidak pernah gagal untuk mengesankan orang dengan aksi panggung mereka yang energik dan penuh dengan unsur komedi yang provokatif.
Pada tahun 2007, Seringai merilis full album yang bernama 'Serigala Militia' yang mendapat pengakuan serta pujian yang tinggi dari kalangan underground. Album ini sendiri menunjukkan dampak yang tinggi akan cita rasa heavy rock campuran yang sudah melekat dari Seringai.
Lagu-lagu seperti "Mengadili Persepsi, "Amplifier", "Citra Natural" menjadi lagu favorit orang banyak, kesan eksperimental / doom metal terdapat pada lagu seperti "Marijuanaut."
Serigala Militia adalah album rock terbaik tahun 2007-2008. Sekarang Seringai sedang bersiap-siap untuk merilis album kedua mereka, dan juga dalam proses pengeditan home video mereka sendiri yang berjudul 'Generasi Menolak Tua', yang terdiri wawancara dengan band, penggemar, profil wartawan musik, banyak live footage, video, dan cuplikan panggung Seringai lainnya.
Sang vokalis Arian 13 [Puppen, aparatmati] mengajak rekan seperjuangannya, drumer khemod dari Bandung [thrash grinders, aparatmati] dan gitaris Ricky Siahaan dari band Step Forward untuk memainkan musik perpaduan antara Motorhead, Black Sabbath, Slayer, MC5, mereka mulai jam session setelah sang pemain bass, Toan bergabung.
Seringai sudah sering menulis lagu, dan tampil disetiap pertunjukan kecil di Jakarta dan Bandung. Nomor-nomor hits mereka seperti "Alkohol" dan "Membakar Jakarta" menjadi favorit orang banyak. Seringai mempopulerkan pertunjukannya dengan menggabungkan unsur alkohol, bernyanyi bersama, slamdancing, dan melakukan aksi stage diving tanpa mengenal lelah.
Tak lama kemudian, Toan meninggalkan band, dan digantikan oleh Sammy. Seringai memulai untuk merekam 9 lagu termasuk membawa ulang nomor Black Flag yang berjudul "Jealous Again", dan merilis EP High Octane Rock di tahun 2004 dalam format kaset dengan label mereka sendiri, Parau. Banyak yang mendukung proses rekaman tersebut, dan tanpa promosi yang besar mereka telah berhasil menjual 15.000 kopi mini album High Octane Rock.
Mereka bahkan ditawarkan untuk menulis sebuah lagu untuk soundtrack sebuah film lokal bernama 'Catatan Akhir Sekolah' dan film horor '12:00,' kedua film tersebut juga terbilang sukses. Penggemar Seringai tumbuh menjadi besar, dan menamai diri mereka 'serigala Seringai' atau Seringai's Wolfpack.
Fans mereka juga bervariasi, berkisar dari usia 15 tahun hingga berusia 40 tahun. Pada tahun 2005, mereka merilis CD yang berhasil terjual sebanyak 2000 kopi hanya dalam waktu 2 bulan. Kali ini, CD tersebut didistribusikan oleh Off The Records / Universal Music Indonesia. Selama bermain disetiap gigs, stadion, klub hingga festival, Seringai tidak pernah gagal untuk mengesankan orang dengan aksi panggung mereka yang energik dan penuh dengan unsur komedi yang provokatif.
Pada tahun 2007, Seringai merilis full album yang bernama 'Serigala Militia' yang mendapat pengakuan serta pujian yang tinggi dari kalangan underground. Album ini sendiri menunjukkan dampak yang tinggi akan cita rasa heavy rock campuran yang sudah melekat dari Seringai.
Lagu-lagu seperti "Mengadili Persepsi, "Amplifier", "Citra Natural" menjadi lagu favorit orang banyak, kesan eksperimental / doom metal terdapat pada lagu seperti "Marijuanaut."
Serigala Militia adalah album rock terbaik tahun 2007-2008. Sekarang Seringai sedang bersiap-siap untuk merilis album kedua mereka, dan juga dalam proses pengeditan home video mereka sendiri yang berjudul 'Generasi Menolak Tua', yang terdiri wawancara dengan band, penggemar, profil wartawan musik, banyak live footage, video, dan cuplikan panggung Seringai lainnya.
Spoiler for the discograph:
Album "High Octane Rock"
Digital version w/ bonus tracks
Skeptical, Serigala Militia
(Parau/Equinox DMD, 2006)
• Album "High Octane Rock"
CD version, limited to 2000 copies
(Parau/Off The Records, 2005)
• Singles Satu Sisi & Menyerang
and Lencana
From "12:00 AM" soundtrack
(Explosive Records, 2005)
• Single Skeptikal
From "Catatan Akhir Sekolah"
soundtrack
(FastForward Records, 2005)
• Mini-album "High Octane Rock"
Cassette version
10,000 copies sold out
(Parau/Resswara Records, 2004)
• Demo album "Alkohol"
For Ripple Magazine
(Spills Records, 2003)
serigala militia full album:
Tracklist:
1. Berhenti Di 15 - 2:54
2. Psikedelia Diskodoom - 4:26
3. Amplifier - 2:36
4. Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) - 4:10
5. Menelan Mentah, Semua Ini Tak Akan Bertahan Lama - 2:50
6. Serigala Militia - 4:39
7. Skeptikal - 3:42
8. Citra Natural - 4:24
9. Marijunaut - 9:45
10. Lagu Ini Tidak Sependek Jalan Pikiranmu - 0:10
11. Kilometer Terakhir - 3:16
Digital version w/ bonus tracks
Skeptical, Serigala Militia
(Parau/Equinox DMD, 2006)
• Album "High Octane Rock"
CD version, limited to 2000 copies
(Parau/Off The Records, 2005)
• Singles Satu Sisi & Menyerang
and Lencana
From "12:00 AM" soundtrack
(Explosive Records, 2005)
• Single Skeptikal
From "Catatan Akhir Sekolah"
soundtrack
(FastForward Records, 2005)
• Mini-album "High Octane Rock"
Cassette version
10,000 copies sold out
(Parau/Resswara Records, 2004)
• Demo album "Alkohol"
For Ripple Magazine
(Spills Records, 2003)
serigala militia full album:
Tracklist:
1. Berhenti Di 15 - 2:54
2. Psikedelia Diskodoom - 4:26
3. Amplifier - 2:36
4. Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) - 4:10
5. Menelan Mentah, Semua Ini Tak Akan Bertahan Lama - 2:50
6. Serigala Militia - 4:39
7. Skeptikal - 3:42
8. Citra Natural - 4:24
9. Marijunaut - 9:45
10. Lagu Ini Tidak Sependek Jalan Pikiranmu - 0:10
11. Kilometer Terakhir - 3:16
Spoiler for the shops:
HOWLING WOLF - rock n' roll merchant is open now! Jl.Cipete Raya 65, Jakarta Selatan, 11AM-8PM! Official merchandise from SERINGAI, Pure Saturday, Burgerkill, Siksa Kubur, Extreme Decay, Efek Rumah Kaca, Koil, and much more! Some new & used CDs available too! Please spread this great news! \m/
Selasa, 19 Juli 2011
Di Balik Penulisan Novel Myself : Scumbag Beyond Life and Death
Di Balik Penulisan Novel Myself : Scumbag Beyond Life and Death
DOWNDLOAD HERE
Di Balik Penulisan Novel Myself : Scumbag Beyond Life and Death
I
Maret 2005, ketika itu Minor Books baru merintis penerbitan buku dengan debutnya Tiga Angka Enam karya Addy Gembel.. Untuk itu, saya meminta bantuan Ivan menggoreskan ilustrasi-ilustrasinya bagi cerpen-cerpen Addy Gembel. Ivan dipilih karena saya tau banget kalau karya-karya freehandnya pol! Selain itu, ia kawan Gembel sejak abg dan tau banget karakter Gembel. Ivan tak menyanggupi, karena saat itu ia sedang sibuk menggarap Beyond Coma and Despair. Tapi tak juga menolak. Ia bilang akan mencobanya dan baru menyelesaikan satu rancangan untuk cerpen “Republik Bintang Tengkorak”. Ketika Ivan memang tak bisa menyelesaikan ilustrasi-ilustrasinya, lini ilustrasi untuk Tiga Angka Enam langsung ditangani Bob-Yudo—sang penggila freehand dan desain gothic—yang gambarnya tak kalah mantap. Ivan memang tak jadi bekerja sama, namun selama proses penggarapan Tiga Angka Enam, saya melihat minatnya yang besar di bidang penulisan dan penerbitan.
Ia memelihara harapan besar untuk menuliskan sebuah buku mengenai lirik-lirik yang ia buat. Mirip buku lirik The Beatles : lirik dimuat, lantas ada keterangan siapa yang bikin, kapan, pas dalam kondisi gimana, nyeritain apa, dll. Pada kelanjutannya, seiring dengan percakapan kami di kamar Ivan-Mery dikawani minuman-minuman ringan dan musik-musik keras, ide itu berkembang semakin liar. Ivan ingin menuliskan sejarah Burgerkill, band yang telah membesarkannya, membesarkan komunitas Ujungberung Rebels, semakin mengangkat nama Bandung sebagai barometer musik Indonesia, sekaligus band metal pertama yang menjebol label besar, kemudian berani meninggalkan label raksasa itu demi mengejar idealismenya yang semakin menggebu, serta seabrek pencapaian yang baginya sendiri-dan juga jelas buat kita-sangat fenomenal.
Untuk itu, Ivan meminta saya membantunya dalam proses penulisan sejarah Burgerkill. Saya menyanggupinya. Dan sepertinya, Ivan sangat serius dengan ambisinya. Dalam beberapa buku catatan hariannya, ia menuliskan corat-coret kerangka utama sejarah Burgerkill yang akan ia tuliskan. Saya sendiri sangat percaya akan kepandaian Ivan dalam menyusun sebuah rancangan naskah. Karenanya, saya memutuskan untuk menunggu Ivan menyelesaikan rancangannya sebelum kepenulisan buku itu digarap bersama-sama. Namun, cita-cita adalah cita-cita. Belum selesai Ivan merampungkan rancangannya, ia keburu dipanggil oleh-Nya. Saya sangat terpukul. Saya merasakan ada satu hal di antara kami yang belum usai. Maka, di detik-detik terakhir hidup Ivan, saya membisikkan sebuah janji di telinga Ivan :”Van, ku aing béréskeun kahayang manéh! Ku aing tuliskeun biografi si Bé-Ka téh! Ku sorangan Van! Manéh boga lakonna!”
Maka inilah janji itu. Sebuah biografi Ivan, Myself : Scumbag Beyond Life and Death. Saya begitu lelah mengerjakannya. Tapi saya juga begitu ngotot menyelesaikannya sampai saya tidak peduli dengan letih itu. Mungkin karena sebenarnya saya tidak sendiri mengerjakannya. Saya dibantu Ivan ‘dari sana’ dalam menuangkan segala kisah dalam biografi ini.
Maret 2005, ketika itu Minor Books baru merintis penerbitan buku dengan debutnya Tiga Angka Enam karya Addy Gembel.. Untuk itu, saya meminta bantuan Ivan menggoreskan ilustrasi-ilustrasinya bagi cerpen-cerpen Addy Gembel. Ivan dipilih karena saya tau banget kalau karya-karya freehandnya pol! Selain itu, ia kawan Gembel sejak abg dan tau banget karakter Gembel. Ivan tak menyanggupi, karena saat itu ia sedang sibuk menggarap Beyond Coma and Despair. Tapi tak juga menolak. Ia bilang akan mencobanya dan baru menyelesaikan satu rancangan untuk cerpen “Republik Bintang Tengkorak”. Ketika Ivan memang tak bisa menyelesaikan ilustrasi-ilustrasinya, lini ilustrasi untuk Tiga Angka Enam langsung ditangani Bob-Yudo—sang penggila freehand dan desain gothic—yang gambarnya tak kalah mantap. Ivan memang tak jadi bekerja sama, namun selama proses penggarapan Tiga Angka Enam, saya melihat minatnya yang besar di bidang penulisan dan penerbitan.
Ia memelihara harapan besar untuk menuliskan sebuah buku mengenai lirik-lirik yang ia buat. Mirip buku lirik The Beatles : lirik dimuat, lantas ada keterangan siapa yang bikin, kapan, pas dalam kondisi gimana, nyeritain apa, dll. Pada kelanjutannya, seiring dengan percakapan kami di kamar Ivan-Mery dikawani minuman-minuman ringan dan musik-musik keras, ide itu berkembang semakin liar. Ivan ingin menuliskan sejarah Burgerkill, band yang telah membesarkannya, membesarkan komunitas Ujungberung Rebels, semakin mengangkat nama Bandung sebagai barometer musik Indonesia, sekaligus band metal pertama yang menjebol label besar, kemudian berani meninggalkan label raksasa itu demi mengejar idealismenya yang semakin menggebu, serta seabrek pencapaian yang baginya sendiri-dan juga jelas buat kita-sangat fenomenal.
Untuk itu, Ivan meminta saya membantunya dalam proses penulisan sejarah Burgerkill. Saya menyanggupinya. Dan sepertinya, Ivan sangat serius dengan ambisinya. Dalam beberapa buku catatan hariannya, ia menuliskan corat-coret kerangka utama sejarah Burgerkill yang akan ia tuliskan. Saya sendiri sangat percaya akan kepandaian Ivan dalam menyusun sebuah rancangan naskah. Karenanya, saya memutuskan untuk menunggu Ivan menyelesaikan rancangannya sebelum kepenulisan buku itu digarap bersama-sama. Namun, cita-cita adalah cita-cita. Belum selesai Ivan merampungkan rancangannya, ia keburu dipanggil oleh-Nya. Saya sangat terpukul. Saya merasakan ada satu hal di antara kami yang belum usai. Maka, di detik-detik terakhir hidup Ivan, saya membisikkan sebuah janji di telinga Ivan :”Van, ku aing béréskeun kahayang manéh! Ku aing tuliskeun biografi si Bé-Ka téh! Ku sorangan Van! Manéh boga lakonna!”
Maka inilah janji itu. Sebuah biografi Ivan, Myself : Scumbag Beyond Life and Death. Saya begitu lelah mengerjakannya. Tapi saya juga begitu ngotot menyelesaikannya sampai saya tidak peduli dengan letih itu. Mungkin karena sebenarnya saya tidak sendiri mengerjakannya. Saya dibantu Ivan ‘dari sana’ dalam menuangkan segala kisah dalam biografi ini.
II
November 2006. Bangkit dari shock akibat meninggalnya Ivan ternyata tak segampang yang saya kira. Tak ada yang mudah menyadari orang yang sangat dekat dengan kita telah tiada. Berat dan menyakitkan. Di atas segalanya, mengumpulkan keberanian dalam menuliskan biografi ini adalah proses paling berat yang saya rasakan. Betapa tidak, tokoh yang saya tulis adalah kawan saya, saudara di jalanan yang membangun sebuah komunitas dan scene bersama-sama, sekaligus orang besar yang tetap membumi di tengah kebesarannya. Kami memiliki begitu banyak kenangan terbaik dan terburuk bersama yang kadang begitu sulit saya ungkapkan. Kisah hidupnya yang keras membuat miris dan kadang saya tak berani berempati kepadanya.
Namun saya ngotot. Maka semua berkas yang saya kumpulkan beberapa hari setelah Ivan meninggal dari Mery dan Jimbo mulai saya telaah. Sekali lagi ini bukan sebuah pekerjaan yang gampang karena ketika membaca kata-demi kata dalam syair, puisi, atau goresan gambarnya, Ivan bagai mau menyeret saya agar ikut merasakan betapa gila emosi sepanjang hidupnya. Dan betapa emosi ini menyiksanya seumur hidup, Tapi di sisi lain, mengangkat derajatnya sebagai seniman papan atas karena justru yang emosional inilah curahan hidupnya, kejujuran, dan ekspresi dirinya. Saya juga membongkar kembali dus-dus berisi foto-foto dan buku-buku harian tebal yang sering kami—saya, Ivan dan kawan-kawan Ujungberung Rebels—tulisi bersama sejak masa putih abu hingga tahun 2001an.
Januari 2007 saya mulai menulis. Awalnya saya targetkan terbit April untuk mengejar ulang tahun Ivan tanggal 19 hingga buku yang bagi saya personal ini semakin personal. Tapi sekali lagi, bukan hal mudah meyelami gejolak jiwa Ivan. Saya jadi banyak sakit sendiri dan terbawa-bawa emosional dalam menuliskannya. Kadang saya berhenti di tengah penulisan yang bergejolak dengan napas terengah-engah lelah, atau tanpa sadar air mata menetes. Saat itulah saya harus berhenti. Biasanya saya pergi ke gunung dulu sebelum kembali dapat mengumpulkan energi, keberanian, kengototan saya. Terima kasih kepada kawan-kawan yang mendampingi saya kemping selama penulisan buku ini.
Buku ini awalnya saya rancang tujuh bab. Pada kelanjutannya satu bab berjudul ”Jatinangor Blues, Purnawarman Fever” saya pecah menjadi tiga bab : “Tattoed Everything”, mengisahkan meninggalnya ayah Ivan, “Jatinangor Blues, Dua Sisi”, mengisahkan masa kuliah Ivan dan album Dua Sisi, dan “Purnawarman Fever”, mengisahkan Ivan ketika di Purnawarman. Pemecahan ini karena saya rasakan kurangnya eksplanasi histories dan pendekatan psikologis yang saya bangun sehingga hasil penulisan terasa datar. Saya juga kemudian menambahkan satu bab pendek sebagai penutup. Bagian yang sulit dari buku ini adalah menuliskan bab pertama, bab “Berkarat”, “Beyond Coma and Despair”, dan “The End”. Hal ini karena sulitnya saya berempati atas gaya hidup Ivan yang tidak jelas, penuh diwarnai gejolak emosi yang tidak stabil, penggunaan drugs yang berlebihan, serta penyakit yang mendera tubuh dan jiwanya. Namun di atas segalanya, bagian tersulit dalam penulisan buku ini adalah bagian “The End” yang mengisahkan awal jatuhnya kondisi Ivan hingga ia meninggal. Bab ini tak sebanyak bab-bab yang lain tapi melibatkan emosi yang dalam di jiwa saya. Sering saya tak kuat dan berhenti menulis. Lalu saya teruskan lagi sedikit, lalu berhenti lagi. Lebih dari dua bulan saya bereskan bab ini, walau Mery yang berada di samping Ivan selama masa ini hingga akhir hidupnya, begitu banyak membantu saya, bahkan menuliskan kesan-kesannya agar saya jauh lebih mudah mengolah kata-kata. Kendala saya adalah saya tak sanggup menggambarkan kesakitan Ivan dengan kata-kata. Sepertinya tak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaan Ivan dan saya mentok. Saya yang semakin tak sangggup akhirnya hanya mengcopy-pastekan saja tulisan Mery. Dan itu menurut saya lebih mewakili semua tulisan yang saya rangkai. Bab lain yang tak kalah sulit adalah bab pertama. Bab ini baru selesai saya tulis setelah dummy pertama beres diedit oleh Ojel, editor saya. Saya menulisnya secara spontan dalam waktu kurang dari setengah jam. Saya tak mau mengulang-ulang lagi dan hasil tulisan saya untuk bab satu tak pernah saya lihat lagi. Saya, dalam hal ini percaya sebuah spontanitas. Begitu pula bab terakhir. Saya menuliskannya lebih singkat. Mungkin hanya sepuluh menit, ketika semua bab telah usai dilayout oleh Popup. Sekali lagi, saya percaya dengan spontanitas.
Namun saya ngotot. Maka semua berkas yang saya kumpulkan beberapa hari setelah Ivan meninggal dari Mery dan Jimbo mulai saya telaah. Sekali lagi ini bukan sebuah pekerjaan yang gampang karena ketika membaca kata-demi kata dalam syair, puisi, atau goresan gambarnya, Ivan bagai mau menyeret saya agar ikut merasakan betapa gila emosi sepanjang hidupnya. Dan betapa emosi ini menyiksanya seumur hidup, Tapi di sisi lain, mengangkat derajatnya sebagai seniman papan atas karena justru yang emosional inilah curahan hidupnya, kejujuran, dan ekspresi dirinya. Saya juga membongkar kembali dus-dus berisi foto-foto dan buku-buku harian tebal yang sering kami—saya, Ivan dan kawan-kawan Ujungberung Rebels—tulisi bersama sejak masa putih abu hingga tahun 2001an.
Januari 2007 saya mulai menulis. Awalnya saya targetkan terbit April untuk mengejar ulang tahun Ivan tanggal 19 hingga buku yang bagi saya personal ini semakin personal. Tapi sekali lagi, bukan hal mudah meyelami gejolak jiwa Ivan. Saya jadi banyak sakit sendiri dan terbawa-bawa emosional dalam menuliskannya. Kadang saya berhenti di tengah penulisan yang bergejolak dengan napas terengah-engah lelah, atau tanpa sadar air mata menetes. Saat itulah saya harus berhenti. Biasanya saya pergi ke gunung dulu sebelum kembali dapat mengumpulkan energi, keberanian, kengototan saya. Terima kasih kepada kawan-kawan yang mendampingi saya kemping selama penulisan buku ini.
Buku ini awalnya saya rancang tujuh bab. Pada kelanjutannya satu bab berjudul ”Jatinangor Blues, Purnawarman Fever” saya pecah menjadi tiga bab : “Tattoed Everything”, mengisahkan meninggalnya ayah Ivan, “Jatinangor Blues, Dua Sisi”, mengisahkan masa kuliah Ivan dan album Dua Sisi, dan “Purnawarman Fever”, mengisahkan Ivan ketika di Purnawarman. Pemecahan ini karena saya rasakan kurangnya eksplanasi histories dan pendekatan psikologis yang saya bangun sehingga hasil penulisan terasa datar. Saya juga kemudian menambahkan satu bab pendek sebagai penutup. Bagian yang sulit dari buku ini adalah menuliskan bab pertama, bab “Berkarat”, “Beyond Coma and Despair”, dan “The End”. Hal ini karena sulitnya saya berempati atas gaya hidup Ivan yang tidak jelas, penuh diwarnai gejolak emosi yang tidak stabil, penggunaan drugs yang berlebihan, serta penyakit yang mendera tubuh dan jiwanya. Namun di atas segalanya, bagian tersulit dalam penulisan buku ini adalah bagian “The End” yang mengisahkan awal jatuhnya kondisi Ivan hingga ia meninggal. Bab ini tak sebanyak bab-bab yang lain tapi melibatkan emosi yang dalam di jiwa saya. Sering saya tak kuat dan berhenti menulis. Lalu saya teruskan lagi sedikit, lalu berhenti lagi. Lebih dari dua bulan saya bereskan bab ini, walau Mery yang berada di samping Ivan selama masa ini hingga akhir hidupnya, begitu banyak membantu saya, bahkan menuliskan kesan-kesannya agar saya jauh lebih mudah mengolah kata-kata. Kendala saya adalah saya tak sanggup menggambarkan kesakitan Ivan dengan kata-kata. Sepertinya tak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaan Ivan dan saya mentok. Saya yang semakin tak sangggup akhirnya hanya mengcopy-pastekan saja tulisan Mery. Dan itu menurut saya lebih mewakili semua tulisan yang saya rangkai. Bab lain yang tak kalah sulit adalah bab pertama. Bab ini baru selesai saya tulis setelah dummy pertama beres diedit oleh Ojel, editor saya. Saya menulisnya secara spontan dalam waktu kurang dari setengah jam. Saya tak mau mengulang-ulang lagi dan hasil tulisan saya untuk bab satu tak pernah saya lihat lagi. Saya, dalam hal ini percaya sebuah spontanitas. Begitu pula bab terakhir. Saya menuliskannya lebih singkat. Mungkin hanya sepuluh menit, ketika semua bab telah usai dilayout oleh Popup. Sekali lagi, saya percaya dengan spontanitas.
III
25 Agustus 2007 naskah sebetulnya sudah beres dan karenanya, saya, Popup, dan Ojel memutuskan untuk liburan ke Kutoarjo dan Jogja sambil menghadiri pernikahan BobYudo&Monik-forever partner dan sahabat terbaik MinorBacaanKecil. Pikir kami sekalian liat-liat kondisi di Kutoarjo-Jogja, sekalian promo dan buka jaringan distribusi. Sepanjang perjalanan saya baca buku Heavier Than Heaven, biografinya Kurt Cobaim dan saya membandingkan dengan biografi Ivan. Wah! pikir saya. ternyata banyak hal lolos dalam penulisan biografi Ivan. Saya memutuskan untuk kembali menggarap naskah sepulang tur Kutoarjo-Jogja. Selama dua minggu saya tak keluar rumah. Konsentrasi penuh pada revisi hingga akhirnya beres dan saya kembali menghubungi Popup untuk segera melayout naskah terbaru. Untunglah Pak Dosen Popup punya kelihaian yang mumpuni. Dengan cepat ia membereskan layout. Namun dasar saya! Ada saja yang saya robah hingga tata letak penuh footnote yang sangat menyulitkan itu berkali-kali robah pula.
Akhirnya, proses layout yang lumayan panjang selesai tanggal 29, 30 September, serta 1 Oktober 2007. Beberapa minggu sebelum layout selesai, Gustaff yang saya minta menuliskan “Afterwor(l)d” untuk buku ini mengirimkan tulisannya dan itu menjadi cambuk buat saya dan kawan-kawan untuk segera membereskan buku ini. Gustaff bukan orang baru dalam proses penyusunan buku ini. Beberapa minggu setelah meninggalnya Ivan dan ucapan ikrar saya untuk menuliskan kisah hidupnya, saya menemui Gustaff di Commonroom. Kepadanya saya mengutarakan niat itu. Bisa dikatakan ia termasuk orang pertama yang tahu akan niatan saya, selain istri saya, anak saya, Mery, Jimbo, Eben dan Burgerkill yang lain, Yayat, Addy Gembel, serta Deni dari Lawangbuku. Gustaff sangat mendukung. Dukungannya memacu saya, membesarkan semangat saya. Dan saya sangat berterima kasih atas itu. Karenanya, saya lalu memutuskan untuk memberikan penghormatan kepada Gustaff untuk menuliskan sepatah kata dalam buku Myself : Scumbag….
Asalnya saya akan meminta sahabat saya Addy Gembel untuk menuliskan kata-kata di “Afterwor(l)d”, namun sepertinya ada beberapa ketidaksesuaian mengenai visi mendasar dalam penulisan buku sejarah ini. Saya terpukul dengan pernyataannya yang dimuat secara luas di Majalah Ripple mengenai komersialisasi Ivan atau pendewaan yang berlebihan. Tidak, Dy! Sama sekali ini bukan komersialisasi atau pemitosan. Bagi saya ini personal. Entah bagi Addy yang memandang dari sisi sosialis atau kapitalis atau paham-paham yang sama sekali tidak saya mengerti. Sempat saya akan membalas tulisan sahabat saya tersebut, namun saya kira energi saya terlalu kecil dan akan habis jika saya menggulung-gulung hal-hal yang itu-itu saja. Maka saya segera melupakan kekecewaan saya dan memulai proses menulis. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Lagi pula, ketika saya pikirkan matang-matang dan positif, ternyata kritikan dari Addy lalu menjadi dasar pemikiran penerbitan buku ini : keluar dari sisi komersialisasi yang kini marak meruak di ranah penerbitan dan menghancurkan ideologi serta idealisme seorang penulis dalam menulis. Saya lalu memandang kritikan itu sebagai rasa sayang seorang sahabat kepada sahabat lainnya, atau kekecewaan mendalam dan rasa rindu atas sebuah kehilangan seorang sahabat. Tiba-tiba, saya merasa semakin dekat dengan Addy Gembel…
Sementara itu, untuk cover buku, awalnya saya memiliki beberapa opsi. Akan diambil dari artwork Ivan, atau meminta tolong kepada Eben, Asmo, BobYudo, atau kepada kawan saya Azizah melukiskan wajah Ivan. Namun akhirnya karya Eben datang pertama kali dan saya langsung jatuh cinta melihatnya. Lagi pula Eben dari awal memang sudah menegaskan jika ia akan membantu apa saja yang sekiranya dapat ia Bantu selama ia mampu. Dari desain covernya saja saya tau dia sangat berasungguh-sungguh.
Masalah lainnya yang lalu harus saya pikirkan adalah biaya. Banyak pihak yang lalu menyarankan agar saya minta saja kepada Burgerkill, toh, ini adalah biografi Burgerkill juga. Saya tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Saya sangat tidak setuju jika karya ini mengenai Burgerkill walau saya akui, saya mengambil periodisasi hidup Ivan dari karya-karya Burgerkill. Sekali lagi ini karya personal dan saya tak mau merepotkan Burgerkill, walau dalam kenyataannya, mereka dengan sangat luar biasa mendukung dan membantu saya selama proses penggarapan biografi ini. All hail Burgerbrothers! Maka untuk sponsor saya mencoba mengotak kawan-kawan lama. Saya mendapat dukungan dari Chronic Rock, Scumbag, Commonroom, Eat, 347, www.burgerkillofficial.com
25 Agustus 2007 naskah sebetulnya sudah beres dan karenanya, saya, Popup, dan Ojel memutuskan untuk liburan ke Kutoarjo dan Jogja sambil menghadiri pernikahan BobYudo&Monik-forever partner dan sahabat terbaik MinorBacaanKecil. Pikir kami sekalian liat-liat kondisi di Kutoarjo-Jogja, sekalian promo dan buka jaringan distribusi. Sepanjang perjalanan saya baca buku Heavier Than Heaven, biografinya Kurt Cobaim dan saya membandingkan dengan biografi Ivan. Wah! pikir saya. ternyata banyak hal lolos dalam penulisan biografi Ivan. Saya memutuskan untuk kembali menggarap naskah sepulang tur Kutoarjo-Jogja. Selama dua minggu saya tak keluar rumah. Konsentrasi penuh pada revisi hingga akhirnya beres dan saya kembali menghubungi Popup untuk segera melayout naskah terbaru. Untunglah Pak Dosen Popup punya kelihaian yang mumpuni. Dengan cepat ia membereskan layout. Namun dasar saya! Ada saja yang saya robah hingga tata letak penuh footnote yang sangat menyulitkan itu berkali-kali robah pula.
Akhirnya, proses layout yang lumayan panjang selesai tanggal 29, 30 September, serta 1 Oktober 2007. Beberapa minggu sebelum layout selesai, Gustaff yang saya minta menuliskan “Afterwor(l)d” untuk buku ini mengirimkan tulisannya dan itu menjadi cambuk buat saya dan kawan-kawan untuk segera membereskan buku ini. Gustaff bukan orang baru dalam proses penyusunan buku ini. Beberapa minggu setelah meninggalnya Ivan dan ucapan ikrar saya untuk menuliskan kisah hidupnya, saya menemui Gustaff di Commonroom. Kepadanya saya mengutarakan niat itu. Bisa dikatakan ia termasuk orang pertama yang tahu akan niatan saya, selain istri saya, anak saya, Mery, Jimbo, Eben dan Burgerkill yang lain, Yayat, Addy Gembel, serta Deni dari Lawangbuku. Gustaff sangat mendukung. Dukungannya memacu saya, membesarkan semangat saya. Dan saya sangat berterima kasih atas itu. Karenanya, saya lalu memutuskan untuk memberikan penghormatan kepada Gustaff untuk menuliskan sepatah kata dalam buku Myself : Scumbag….
Asalnya saya akan meminta sahabat saya Addy Gembel untuk menuliskan kata-kata di “Afterwor(l)d”, namun sepertinya ada beberapa ketidaksesuaian mengenai visi mendasar dalam penulisan buku sejarah ini. Saya terpukul dengan pernyataannya yang dimuat secara luas di Majalah Ripple mengenai komersialisasi Ivan atau pendewaan yang berlebihan. Tidak, Dy! Sama sekali ini bukan komersialisasi atau pemitosan. Bagi saya ini personal. Entah bagi Addy yang memandang dari sisi sosialis atau kapitalis atau paham-paham yang sama sekali tidak saya mengerti. Sempat saya akan membalas tulisan sahabat saya tersebut, namun saya kira energi saya terlalu kecil dan akan habis jika saya menggulung-gulung hal-hal yang itu-itu saja. Maka saya segera melupakan kekecewaan saya dan memulai proses menulis. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Lagi pula, ketika saya pikirkan matang-matang dan positif, ternyata kritikan dari Addy lalu menjadi dasar pemikiran penerbitan buku ini : keluar dari sisi komersialisasi yang kini marak meruak di ranah penerbitan dan menghancurkan ideologi serta idealisme seorang penulis dalam menulis. Saya lalu memandang kritikan itu sebagai rasa sayang seorang sahabat kepada sahabat lainnya, atau kekecewaan mendalam dan rasa rindu atas sebuah kehilangan seorang sahabat. Tiba-tiba, saya merasa semakin dekat dengan Addy Gembel…
Sementara itu, untuk cover buku, awalnya saya memiliki beberapa opsi. Akan diambil dari artwork Ivan, atau meminta tolong kepada Eben, Asmo, BobYudo, atau kepada kawan saya Azizah melukiskan wajah Ivan. Namun akhirnya karya Eben datang pertama kali dan saya langsung jatuh cinta melihatnya. Lagi pula Eben dari awal memang sudah menegaskan jika ia akan membantu apa saja yang sekiranya dapat ia Bantu selama ia mampu. Dari desain covernya saja saya tau dia sangat berasungguh-sungguh.
Masalah lainnya yang lalu harus saya pikirkan adalah biaya. Banyak pihak yang lalu menyarankan agar saya minta saja kepada Burgerkill, toh, ini adalah biografi Burgerkill juga. Saya tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Saya sangat tidak setuju jika karya ini mengenai Burgerkill walau saya akui, saya mengambil periodisasi hidup Ivan dari karya-karya Burgerkill. Sekali lagi ini karya personal dan saya tak mau merepotkan Burgerkill, walau dalam kenyataannya, mereka dengan sangat luar biasa mendukung dan membantu saya selama proses penggarapan biografi ini. All hail Burgerbrothers! Maka untuk sponsor saya mencoba mengotak kawan-kawan lama. Saya mendapat dukungan dari Chronic Rock, Scumbag, Commonroom, Eat, 347, www.burgerkillofficial.com
, Dis.tribute dan Yayasan Adikaka-nya, Obscene, Godinc., Omuniuum, Migraph, dan Arena Experience. All hail ya!
Maka inilah buku Myself : Scumbag Beyond Life and Death. Saya persembahkan buku ini untuk semua kawan-kawan Ivan dan juga begundal disertai sebuah penggalan kalimat dari Omar Khayyam yang dimuat dalam buku Samarkand sebagai pembuka salah satu bab : “Bangkitlah! Untuk tidur terenatang keabadian di depan kita!” Dan memang, Ivan yang begitu jarang tidur tahu banget kalau hidup adalah untuk tetap bangkit—istilah Johnny SID : ‘berdiri tegak menantang!’ dan terus berkarya, sampai akhir hayat.
Selamat membaca, Semoga karya ini mengispirasi dan semakin menumbuhkan minat baca dan tulis, hingga budaya menulis kita semain maju, tak kalah berdampingan dengan tradisi lisan kita yang luar biasa! Kabarnya ini adalah penulisan pertama tokoh lokal. Whaddahell! Ini adalah persembahan paling pribadi saya buat Ivan : sahabat saya, pejuang yang paling patut mendapatkan sebuah penghormatan dari kita semua! All hail Scumbag!
Maka inilah buku Myself : Scumbag Beyond Life and Death. Saya persembahkan buku ini untuk semua kawan-kawan Ivan dan juga begundal disertai sebuah penggalan kalimat dari Omar Khayyam yang dimuat dalam buku Samarkand sebagai pembuka salah satu bab : “Bangkitlah! Untuk tidur terenatang keabadian di depan kita!” Dan memang, Ivan yang begitu jarang tidur tahu banget kalau hidup adalah untuk tetap bangkit—istilah Johnny SID : ‘berdiri tegak menantang!’ dan terus berkarya, sampai akhir hayat.
Selamat membaca, Semoga karya ini mengispirasi dan semakin menumbuhkan minat baca dan tulis, hingga budaya menulis kita semain maju, tak kalah berdampingan dengan tradisi lisan kita yang luar biasa! Kabarnya ini adalah penulisan pertama tokoh lokal. Whaddahell! Ini adalah persembahan paling pribadi saya buat Ivan : sahabat saya, pejuang yang paling patut mendapatkan sebuah penghormatan dari kita semua! All hail Scumbag!
Beli bukunya di RIOTIC,ARENA,CHRONIC,HOWLING WOLF, TRACK SHOP
SKINHEAD
SKINHEAD
DOWNDLOAD HERE
Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh pelabuhan) di London, Inggris. Skinhead juga bisa merujuk kepada kepada kelompok orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik Oi!/streetpunk dan juga punk.
Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an, ketika Mods sedang mengharubiru kaum muda Inggris. Mods yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola hidup, selera serta kemampuan dompet.
Maka pada sekitar tahun 1965, dalam dunia Mods dikenal pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan menengah stylish dengan pilihan kostum yang mahal serta Hard Mods (lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum pekerja dan merupakan cikal bakal dari Skinheads.
Hard mods kemudian baru dikenal sebagai kaum Skinheads sekitar tahun 1968. Generasi pelopor Skinheads tersebut biasanya disebut Trads (Traditional Skinheads) atau Trojan Skinheads, sesuai dengan nama label Trojan Records.
Pakaian :
Kaum Trads ini mudah dikenali dari setelan seperti shirt button-up Ben Sherman, polo Fred Perry, Bretel/suspender, celana jeans semi ketat, monkey boots, jaket jeans, jaket Harrington, V neck Sweater dls. Serta yang terpenting adalah potongan rambut yang pendek, berbeda dengan gaya rambut mods pada umumnya. Pilihan akan jenis rambut yang pendek ini lebih disebabkan alasan kepraktisan. Terutama karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan pekerja berambut gondrong apalagi bergaya acak tidak beraturan. Selain itu, potongan rambut pendek dianggap sebagai keuntungan sewaktu harus menghadapi kehidupan jalanan yang keras ketika itu. Ada pula yang berpendapat bahwa pilihan berambut pendek merupakan counter terhadap life style kaum hippie yang dianggap mewah dan juga sedang berkembang pada masa tersebut. Lebih jauh lagi, suatu kisah menceritakan bahwa pilihan tersebut berasal dari kaum pekerja pelabuhan, seperti di kota Liverpool, yang memotong pendek rambut mereka untuk menghindari kutu yang banyak terdapat di sekitar pelabuhan.
Musik:
Karena Skinhead sendiri pada dasarnya adalah suatu subkultur bukannya sebuah genre atau aliran musik, pilihan musiknya pun bisa beragam.
Yang pertama tentunya adalah roots mereka yang berasal dari Mods, para Trads pun pada awalnya sangat terpengaruh musik R&B ala Inggris seperti The Who, The Kinks, dan lain sebagainya. Namun, mereka juga terinspirasi oleh style ala Jamaican Rude Boy yang juga populer di Inggris pada zaman itu. Rude Boy atau Rudy merupakan sebutan untuk para imigran Jamaika yang berkulit hitam pencinta dansa dan musik asal mereka.
Hasilnya, para Trads pun sangat menggemari musik Ska, Reggae, Rocksteady, Soul, dan lain sebagainya. Sehingga terkadang seorang Skinhead pun ikut menikmati alunan dari seorang penyanyi soul seperti Aretha Franklin misalnya.
Dari roots tersebut dapat ditelusuri bahwa pada dasarnya Skinhead sama sekali tidak identik dengan rasis. Sebagaimana pendapat awam pada umumnya. Karena mereka pun menikmati kultur dari masyarakat kulit hitam. Bahkan, banyak juga Skinhead yang berkulit hitam dan berwarna kulit lainnya.
Mereka mendapat cap rasis pertama kali ketika beberapa Skinhead terlibat clash beberapa kali dengan imigran Pakistan dan imigran dari Asia Selatan (mereka menyebutnya Paki-Bashing) di Inggris pada era ’60-an. Tindak kekerasan (yang tidak bisa dibenarkan biar bagaimanapun) tersebut dipicu oleh masalah pekerjaan. Para Skinhead yang merupakan kaum pekerja merasa lahan pekerjaan mereka semakin sempit. Mereka terdesak oleh kedatangan imigran yang bersedia dibayar lebih rendah. Label rasis kemudian semakin melekat, salah satunya setelah beberapa Skinhead tergabung dan dihubungkan dalam organisasi white power, National Front yang terbentuk di awal ’70-an. Militansi dan karakter Skinhead yang keras khas kaum pekerja sempat membuat mereka dijadikan alat maupun berbagai kepentingan politik. Termasuk dihubungkan dengan paham Neo Nazi. Meskipun sejarah maupun kenyataan yang ada bisa menunjukkan fakta yang berbeda.
Sama dengan nasib Mods leluhurnya, pamor Skinhead sempat meredup di era ’70-an, setelah sebelumnya mencapai puncak popularitas mereka pada tahun 1969.
Mereka kemudian bangkit kembali, bersamaan dengan kelahiran musik punk pada sekitar tahun 1977
skinhead yg merupakan kaum pekerja keras sangat membenci hippies
Foto-foto skinhead bertemu dgn hippies...........
from : Kaskus ( Cascisus )
Langganan:
Postingan (Atom)