Alasan kamu tertarik didunia visual? 
gue  tertarik seni visual sejak kecil, standar-lah, semua dinding gue  corat-coret sejak mengenal krayon atau spidol, sementara ibunda dan ayah  tidak pernah melarang. mulai diajarkan untuk menggambar di kertas, dan  begitulah selanjutnya. menurut kerabat bakat gue menurun dari kakek yang  pelukis, sementara gue sendiri belum pernah berjumpa sama sekali dengan  sang kakek yang keburu meninggal. dulu jaman sekolah dasar gue mulai  mencari uang tambahan karena termasuk yang minim uang saku dengan  berjualan sketsa voltes 5. lumayan laku, sampai akhirnya orang tua  dipanggil guru karena sekolah mulai concern dengan kegiatan  entrepreneurship gue. :D
ketika mulai senang main ke toko kaset,  berkenalan dengan musik heavy metal melalui Iron Maiden, yang  cover-covernya menarik perhatian anak umur 12-13 tahun. Derek Riggs,  senimannya, menjadi seniman favorit pertama gue.
sejak kecil ingin  masuk sekolah seni rupa, terutama seni rupa di ITB karena beberapa  kerabat kuliah disana, dan nampaknya itu sebuah tempat belajar yang  menyenangkan. akhirnya masuk sana tapi salah memilih jurusan, desain  produk, padahal mungkin yang lebih cocok seni grafis. untungnya bisa  belajar sendiri semasa kuliah.
kalau alasan, terus terang gue nggak pernah tahu. melihat karya seni visual membuat gue merasa hidup saja.
Seberapa jauh music heavy metal mempengaruhi karya-karya visusal kamu?
besar  banget. dari karya Derek Riggs di cover-cover Iron Maiden, pada awalnya  gue selalu mencari cover yang keren dulu lalu didengarkan. lumayan,  pada era kaset itu rata-rata cover yang gue suka sesuai dengan musiknya.  gue dulu menerjemahkan genre heavy metal di kaos kelas, jadi dulu  semasa sekolah menengah kaos kelas menjadi sesuatu yang sangat berharga,  secara tidak langsung menjadi kompetisi antar kelas, berlomba-lomba  mendesain kaos kelas yang paling cool. semasa kelas 2 SMP, gue berhasil  membuat sebuah desain kelas gue, kelas 3G, menjadi sebuah logo  pentagram. angka ’3’ dan huruf ’G’ di-desain membentuk pentagram, dan  ada gambar tengkorak di kiri kanannya. alhasil ada beberapa teman  sekelas yang kontra dengan desain gue, dan akhirnya tidak jadi dipakai  setelah guru ikut menilai. itu saat gue ngerasa kalau desain tersebut,  ’gue banget’. :D
Kapan pertama  kali kamu mulai sadari Make Illustration with passion adalah jalan saya?  Maksudku memutuskan untuk lebih mendalami ketertarikan kamu itu? apa  tanggapan orang sekeliling kamu?
terus terang gue  sepertinya nggak pernah secara langsung ’sadar’, karena dari kecil sudah  terbiasa menggambar, jadi itu seperti keseharian saja. tapi, lebih  berasa ketika bimbingan menggambar mau masuk seni rupa ITB dulu,  ternyata banyak banget teman yang menggambarnya jago. termasuk dulu  seangkatan gue, Ucok Homicide. gambar dia bagus banget, dan informatif.  jaman bimbingan ini, lebih memicu gue untuk menggambar lebih baik. plus,  ada beberapa senior di seni rupa yang mengajar bimbingan memukau dengan  sketsa-sketsanya. sebelumnya, hanya menggambar saja, dan jaman SMA  lebih banyak mendesain dibandingkan menggambar, termasuk mendesain  merchandise awal Puppen.
nah, semasa kuliah dulu, memang kompetitif  secara sehat jadinya, misalnya sesederhana rame-rame membuat flyers  untuk suatu event kampus, antara anak yang satu dan anak yang lain  berusaha menampilkan karya yang mampu menarik perhatian. :D lingkungan  kampus seni rupa dulu dipenuhi oleh flyers event berbagai macam karya  dan desain, jadi setiap hari seperti ada pameran ilustrasi. dulu kan  tidak banyak menggunakan komputer untuk mendesain flyers, freehand  drawing. jadi kalau tanggapan, biasanya justru jarang, karena karya  harus berbicara sendiri, ngerti nggak maksud gue? :)
uh. kalau  ortu sih ya begitu saja sih, berharap anaknya berhasil saja. :D  tanggapan semasa gue kuliah, mungkin tidak banyak terlihat, karena semua  orang memang rata-rata jago gambar. :D kalau tanggapan dari orang luar,  ya positif saja sih. karena gue senang gambar tengkorak begitu ya lebih  banyak yang melihatnya, "ih kok gambarnya ngeri melulu sih." haha  standar lah tapi nggak pernah serius juga.
Media?
pensil  2B, kertas A3 dan rapidograph. kertas ukuran A3 biasanya ukuran  maksimal gue dalam berkarya, lebih besar dari itu kurang sreg. kadang  menggunakan kanvas dan cat akrilik, tapi jauh lebih banyak menggunakan  media tadi.
ya, ditemani musik, ragam tergantung mood. dari heavy metal ke punk rock ke folk ke pop. anything goes, really.
Pindah dari Bandung?
gue  waktu itu bosan dengan kehidupan di Bandung. jadi begitu ada tawaran  pekerjaan di kota lain, gue berangkat. kalau mengenai profesi  ilustrator, gue rasa banyak juga yang sudah mencukupi, terutama kalau  bekerja dengan klien korporat. sementara kalau ilustrator semacam gue  yang lebih banyak menggambar tengkorak, cukup segmented. :D makanya gue  lebih baik berusaha sendiri daripada menunggu job datang. ya sejauh ini  sih artwork gue dan ilustrasi gue harus bisa mencukupi kehidupan  [lifestyle? :D] gue. kalau nggak, nanti gue nggak makan dan  senang-senang. :D artinya harus memutar otak juga supaya dari apa yang  kita senangi akhirnya juga bisa menghidupi. sejauh ini sih gue lebih  banyak menggambar untuk merchandise, jadi pemasukan berasal dari sana.  sesekali ada artwork yang diminati kolektor, jadi itu bonus saja, tapi  kan tidak bisa terlalu berharap setiap bulan ada yang beli artwork juga  kan. toh kolektornya juga masih terbatas. :)
Client stuff? Apa yang mereka nilai?
yang  mereka lihat juga kan mungkin gaya ilustrasinya juga. makanya biasanya  gue lebih nyambung dengan klien seperti majalah. awalnya kasih sketsa  kasar dari ide dasar sebanyak 2-3, nanti mereka pilih dan dari sana  langsung diolah. so far sih belum ada yang protes, atau gue nggak tahu  saja kali. :D kalaupun ada klien yang nggak suka, ya biasanya kerjaannya  gak jadi gue dapetin juga kan. :D
Apakah digital art begitu overated hari ini? 
tidak  overrated, tapi kalau gue lebih suka freehand illustrations/drawings.  gue juga menggunakan photoshop untuk mewarnai tapi lebih ke blocking  saja, nggak terlalu canggih memang. :D kalau kedua teknik bisa saling  mengisi, akan lebih canggih juga. sayangnya kalau untuk artprint  digital, sepertinya dinilai tidak seberharga artwork yang dikerjakan  dengan tangan. padahal sebenarnya effort yang dikeluarkan juga sama,  hanya beda medium saja.
Pushead?
gue  memang terobsesi dengan Pushead dan cukup sulit keluar dari gaya itu.  tapi mungkin juga nggak terlalu pengen keluar dari gaya itu juga  sepertinya. pertama lihat gaya dia di artikel Pus-Zone majalah Thrasher  pas awal-awal main skate, dan nempel. mulai mengkoleksi banyak barang  yang Pushead-related, dan jadi anggota fanclubnya yang Phase San/Phase  3.
gue suka tarikan garisnya yang komikal [outline tebal] dan in a  way, kasar, dan tentunya gaya pointilisme-nya yang berkembang. awalnya  gaya pointilisme dia nggak seperti itu, tapi perkembangannya sinting.  tahu nggak tengkorak mohawk di t-shirt The Exploited itu karya Pushead  juga? :D
Thanks Arian. Cheers!
by : 
 http://painsugar.blogspot.com/